MEDIA DIALOG NEWS, Yogyakarta – Kabar gembira datang dari panggung Festival Film Pelajar Jogja (FFPJ) XVI 2025. Tim film SMAN 7 Banda Aceh sukses mengharumkan nama daerah dengan menyabet Juara 1 Kategori Dokumenter dan membawa pulang Dewantara Award melalui karya film dokumenter berjudul Tarek Pukat.
Karya ini tidak sekadar bercerita, tetapi merayakan identitas. Tarek Pukat mengisahkan tradisi tarik jaring ikan—sebuah kearifan lokal masyarakat nelayan Gampong Jawa, Banda Aceh—yang diwariskan turun-temurun. Film ini menyoroti upaya masyarakat mempertahankan tradisi tersebut di tengah arus modernisasi dan tantangan perubahan ekosistem laut.
Momen penganugerahan digelar di Gedung The Forum, Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta, Minggu (14/9/2025), pukul 10.30–11.30 WIB. Acara berlangsung khidmat dan penuh semangat, dihadiri para nomine dari berbagai daerah di Indonesia.
Proses seleksi berjalan ketat. Dari 82 karya film pendek yang dikirimkan oleh sekolah-sekolah dari Aceh, Sumatera Barat, Lampung, Sulawesi Utara, NTB, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jakarta, hingga Yogyakarta, hanya 25 karya yang lolos nominasi dan diundang ke Yogyakarta. Tahap final menyeleksi sembilan karya terbaik, dan Tarek Pukat tampil sebagai juara utama.
Para juri yang terlibat pun bukan sosok sembarangan. Penjurian dilakukan oleh para ahli perfilman: Latief Rakhman Hakim, M.Sn. dan Dr. Deddy Setyawan, M.Sn. dari ISI Yogyakarta, serta Alex Luthfi dari Saung Banon Arts sekaligus mantan Dekan FSMR ISI Yogyakarta. Seleksi awal dipandu oleh kurator Budi Sulistyo, memastikan karya yang tampil adalah yang paling layak dan berkualitas.
Selain kompetisi, FFPJ XVI menghadirkan beragam agenda pendukung, mulai dari Sinema Silaturahmi, Sarasehan, Lokakarya, Temu Komunitas Pelajar, hingga Panggung Ekspresi Partisipan. Festival ini tersebar di tiga lokasi: Kampus UNU Yogyakarta, ISI Yogyakarta, dan Bumi Perkemahan Wonolelo Bantul.
Kemenangan ini adalah bukti bahwa semangat dan kreativitas mampu menembus keterbatasan. Tim Tarek Pukat yang dipimpin Baginda Geubri Azka dan kawan-kawan berhasil membuktikan bahwa pelajar Aceh bisa bersaing secara nasional, bahkan menginspirasi lewat karya yang sarat makna.
“Dengan fasilitas yang sederhana, kami ingin menunjukkan bahwa tradisi Aceh layak didengar dan dilestarikan”, ungkap salah satu anggota tim saat menerima penghargaan.
Prestasi ini bukan hanya kebanggaan SMAN 7 Banda Aceh, tetapi juga motivasi bagi generasi muda untuk terus berkarya. Semoga semakin banyak pelajar Aceh yang berani mengangkat budaya lokal dan menorehkan prestasi di panggung nasional. (Laporan : Johny Karsa Aruan Bambang Anwar Sadat)