Media Dialog News

Fenomena Pesta Mewah di Pulau Flores: Antara Kebanggaan dan Ketergantungan

Oleh: Gregorius Cristison Bertholomeus, S.H., M.H.

MEDIA DIALOG NEWS – Pesta adat merupakan bagian penting dari budaya Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Namun, belakangan ini, terdapat fenomena yang mengkhawatirkan: pesta mewah yang diikuti dengan konsumsi alkohol berlebihan dan utang yang tidak terkendali. Hal ini memicu pertanyaan tentang nilai-nilai budaya dan ekonomi masyarakat.

Kajian Saya:

  1. Kebanggaan Budaya: Pesta adat merupakan ekspresi kebanggaan dan identitas budaya Pulau Flores. Namun, kebanggaan ini sering kali berubah menjadi konsumsi berlebihan dan persaingan yang tidak sehat.
  2. Konsumsi Alkohol: Konsumsi alkohol berlebihan selama pesta dapat menyebabkan ketergantungan, kekerasan, dan gangguan kesehatan mental.
  3. Utang dan Ketergantungan: Masyarakat yang mengambil pinjaman untuk membiayai pesta mewah sering kali terjebak dalam ketergantungan finansial dan stres.
  4. Peran Koperasi: Koperasi yang memberikan pinjaman tanpa prosedur yang ketat dapat memperburuk situasi, karena debitur tidak mampu membayar.

Pengaruh Globalisasi: Globalisasi telah membawa pengaruh signifikan terhadap kebudayaan lokal di Pulau Flores. Masuknya budaya luar melalui media sosial dan hiburan telah mempengaruhi gaya hidup dan nilai-nilai masyarakat. Pesta adat yang dulunya sederhana dan sarat makna kini beralih menjadi ajang unjuk kemewahan, mengikuti tren dari luar. Hal ini menunjukkan bahwa globalisasi tidak hanya membawa dampak positif, tetapi juga tantangan dalam melestarikan budaya lokal.

Peran Pendidikan dalam Pemberdayaan Masyarakat: Pendidikan memainkan peran penting dalam mengubah pola pikir masyarakat. Dengan meningkatkan tingkat pendidikan, diharapkan masyarakat Flores dapat lebih memahami dampak negatif dari konsumsi alkohol berlebihan dan utang yang tidak terkendali. Pendidikan juga dapat membuka peluang ekonomi baru yang lebih berkelanjutan, sehingga masyarakat tidak bergantung pada pesta mewah untuk menunjukkan status sosial mereka.

Peran Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat: Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) memiliki peran penting dalam mengatasi fenomena pesta mewah ini. Melalui program-program peningkatan kesejahteraan dan pemberdayaan ekonomi, diharapkan masyarakat dapat memiliki alternatif lain untuk merayakan momen penting dalam hidup mereka tanpa harus mengorbankan kesehatan dan keuangan mereka. Pemerintah juga perlu mengawasi koperasi agar tidak memberikan pinjaman secara sembarangan.

Membangun Kesadaran Kolektif: Membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga kesehatan dan stabilitas keuangan adalah kunci dalam mengatasi fenomena ini. Kampanye kesadaran melalui media massa, peran tokoh adat, dan komunitas lokal dapat membantu menyebarkan pesan tentang bahaya konsumsi alkohol berlebihan dan utang. Kesadaran kolektif ini juga dapat memperkuat nilai-nilai budaya yang positif dan mencegah pergeseran nilai yang merugikan.

Dampaknya:

  1. Kesehatan: Konsumsi alkohol berlebihan meningkatkan risiko penyakit kronis.
  2. Ekonomi: Utang yang tidak terkendali dapat menyebabkan kebangkrutan dan kemiskinan.
  3. Sosial: Ketergantungan alkohol dan utang dapat merusak hubungan keluarga dan masyarakat.
  4. Budaya: Nilai-nilai budaya yang positif tergerus oleh konsumsi berlebihan dan persaingan tidak sehat.

Dasar Hukum yang Digunakan:

  1. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Pasal 46-47 tentang larangan konsumsi alkohol berlebihan).
  2. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (Pasal 24-25 tentang ketentuan pinjaman).
  3. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1999 tentang Koperasi (Pasal 33-34 tentang pinjaman).

Dengan demikian, fenomena pesta mewah di Pulau Flores memerlukan perhatian serius dari pemerintah, masyarakat, dan tokoh adat.

Upaya yang Perlu Dilakukan:

  1. Mempromosikan nilai-nilai budaya yang positif.
  2. Meningkatkan kesadaran tentang bahaya konsumsi alkohol berlebihan.
  3. Membuat regulasi pinjaman yang lebih ketat.
  4. Membangun program pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Akhir Kata: Jika kita dibilang miskin, perasaan malunya cepat, tetapi jika bantuan datang, semuanya baku rebut alias mengeluh paling susah semuanya. Tetapi, kalau mau buat pesta, entah itu acara permandian, sambut baru, bahkan pernikahan dan sebagainya, itu susahnya hilang. Yang ada, berusaha dengan cara apapun yang pada intinya bermewah-mewahan. Setelah selesai pesta, tagihan datang entah dari mana, wajahnya penuh kesusahan kembali. (***)

Berita Terbaru